0

Membangun Hubungan Baik dengan Makanan Tanpa Menghitung Kalori

Nutrition October 11 2021

Ada statement yang dibuat seseorang dan cukup menarik. Katanya, orang yang sudah bisa konsisten menjalani fitness dan healthy lifestyle, yang badannya punya otot yang ‘toned’ tanpa pusing menghitung kalori, katanya itu pasti (tanpa terkecuali) awalnya juga sangat posesif dalam menimbang-nimbang makanan. Sehingga, semakin kesini semakin sudah bisa menghafal diluar kepala, istilahnya berakit rakit kehulu, bersenang-senang kemudian. 

Statement tersebut membuat beberapa healthy habit seperti, tidur yang cukup, perbanyak makan protein dan veggies, mulai melakukan strength training 2-3 kali dalam seminggu, meminimalisir stress, mendengarkan tubuh lebih baik lagi menjadi tidak dihitung sama sekali. 

In fact, dari pertama aku memulai healthier lifestyle krn penyakit pencernaan ku yg sudah parah, aku g pernah ngitung2, aku bahkan shock, jaman skrg kalau pengen menjadi sehat, look fit, physically and mentally strong tuh kok mesti harus ngitung2. Dulu pas awal2 aku memang sempat pilih2 makanan dan restricting krn pencernaan ku yang masih sensitif sehingga aku punya sederet spesifik makanan atau trigger food yg g boleh aku makan dlm jangka waktu tertentu yg aku dulu ga tau sampai kapan. But after I recovered, ya aku pelan2 introduce lg trigger food tsb sampai aku sudah tidak menjalankan diet gerd lg. 

‘Tapi Div, kalo ga dihitung aku suka lupa makan, jd pas makan aku harus ngitung biar cukup takarannya,’

atau

‘Kalo ga dihitung, aku suka kebablasan Div… Ga bisa direm gtu,’

Ok, mungkin kalau kamu buta banget atau pemula dan mau start improving your health, bisa dicoba dalam satu piring itu usahakan selalu ada makro dan mikro nutrisi lengkap (protein, fiber, carbs & fat), dan untuk porsi bisa coba diukur pakai tangan. Kenapa tangan? karena tiap orang ukuran tangannya masing-masing unik (jangan ngukur pake tangan orang lain ya wkwk), praktis dan simpel. Nah tapiiiii, itupun hanya sebagai acuan saja. Harus adjust lagi berdasarkan jenis kelamin (laki-laki porsinya 2x lebih banyak), aktivitas pada hari tersebut dan pastinya hunger cues; kalau udah kenyang tapi masih nyisa, ya jangan maksa dihabiskan, sebaliknya pun begitu, kalau masih laper tapi di piring sudah habis, ya tunggu sekitar 15 menit (biar makanan turun dulu) , baru deh kalau memang masih laper ya ditambah lagi.

Apabila seluruh masalah kamu segampang diatasi dengan cara hitung menghitung, kenapa banyak yang tidak bisa konsisten? Kenapa banyak yang cuma konsisten setahun lalu stop? Kenapa banyak yang yo-yo? Kenapa kenapa kenapa? Well karna pada akhirnya mereka sadar bahwa akar permasalahannya bukan disitu. Apakah hubungan mereka dengan makanan jadi membaik? Apakah mereka jadi lebih happy & fit, both physically and mentally? Well, maybe for some people YES. And it awesome at first ya kan, it’s like having ‘gameshark’ for your body, kamu bisa mengontrol tubuh km dari bentuknya atau performanya bagaimana hanya dengan cara menghitung aja, progress pun bisa dalam hitungan bulan.. Well, it sounds promising. Tapi tanpa sadar, sebebas apapun makanan yang kamu makan, kamu sebenernya masih on restricting mode karena kamu punya batas kalori harian. ‘If it still fits your macros’, bukankah begitu? So it’s all good and that sampai akhirnya kamu makan yg ga fit your macros atau melebihi kebutuhan kalori harian kalian, then you will feel guilty and ashamed. 

Nah disinilah suka tanpa sadar muncul disorder lain, yaitu malah jadi obsesi, contoh, kalo belum reach kalori harian (padahal tubuh sudah kasih sinyal kenyang), kamu rela tidak mendengarkan hunger cues kamu lagi dan berusaha makan apapun itu yg penting ‘I hit my total calories’. Atau sebaliknya, tubuh bilang laper tapi kamu terlanjur sudah hit your daily calories, again, neglecting your hunger cues dan ‘dibawa tidur aja deh nanti juga lupa’. This diet mentality, yang makin makin menjauhkan our natural instinct as human. Ga sedikit juga yang karena counting calories, muncul having fear around food, yang bisa2 lead to eating disorder.

Sebetulnya, in general, hukum keseimbangan energi adalah sebagai berikut:

"Ketika kita mengonsumsi jumlah kalori yang sama dengan yang kita bakar (kalori masuk = kalori keluar), ini disebut Neutral Energy Balance dan biasanya berat badan kita akan tetap sama.

Ketika kita mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang kita bakar (kalori masuk> kalori keluar), maka ini menciptakan yang namanya Positive Energy Balance dimana kelebihan energi yang diterima dapat disimpan di dalam tubuh untuk digunakan nanti dan dapat mengakibatkan kenaikkan berat badan atau kadar lemak.

Dan yang terakhir, ketika kita mengonsumsi lebih sedikit kalori daripada yang kita bakar (kalori masuk Negative Energy Balance dan berpotensi penurunan berat badan atau bahkan fatloss.

Secara teori memang benar, tetapi ketika kita menerapkan ini kedalam kehidupan sehari-hari, menghitung berapa banyak kalori yang telah kita konsumsi dan berapa banyak yang telah kita bakar untuk jadi 'kurus', tidak sesimpel itu.

Karena,...

  • Nutrition label yang ada di tiap kemasan itu bisa melenceng 20?nyaknya, ga akurat. 
  • Tubuh org beda2 menyerap kalorinya. Sama2 makan oatmeal tapi kalori yang aku dan kamu serap bisa berbeda. 
  • Dan yg terakhir, kebutuhan kalori kita berbeda2 setiap harinya! kita ga melakukan kegiatan yang perfectly sama kayak kemarin-kemarin bukan?

Dear, tubuh kita sudah dirancang sedemikian rupa kok buat bekerja sebagaimana semestinya, kitanya saja yang suka ide2!Udah dianugerahi liver buat naturally detox racun2 yang ada didalam tubuh, malah lebih percaya sama teh2 detox. Punya corset muscles buat protect our posture, organs and prevent injury malah pake waist trainers sampai sesak2. Udah naturally punya hunger cues tapi lupa cara makenya, bukannya makin diasah malah makin dicuekin. Punya tangan dan kaki yg bs digunakan buat gerak olahraga, malah lebih milih buat geloran. Tubuh kita sudah se-awesome ituuuu sebenarnya tinggal tugas kitanya aja to take care of it!!

Think again, in another 10 or 15 years, probably kamu ga akan peduli berapa berat badan kamu hari ini atau seberapa berat kamu bisa squat hari ini. But what you’ll care more will be how your relationship with food and people around you, so why don't you focus more on building sustainable healthy habits and start listening more to your hunger cues rather than keep restricting it? Mungkin bertahun2 sudah kamu ga dengerin tubuh kamu. Inget ga pas kecil kalau makanan kita ga dihabiskan, dibilangnya: ayo habiskan, nanti nasinya nangis loh. Padahal sudah kenyang. Atau, dijanjikan mainan kalau makanannya dihabiskan, jadi mau udah kenyang pun tetep dihajar. So artinya, sudah sedari kecil hunger cues kita dimainin’, di cuekin, ga didengerin, padahal we all born as intuitive eaters.. So not surprised, it can't be that instant for your body to trust you again, it takes time. Bisa sebulan, tiga bulan, enam bulan bahkan setahun. Dan healing process itu ga selalu mulus, akan ada trial dan errornya. And yes, progress ga akan secepat menghitung kalori memang, so that is why you need to start NOW!

At the end, I never say calorie counting it doesn't work when it comes to achieve your goal, especially the short term ones (such as mau jd lean and toned, mau naikin BB, mau berotot, mau six pack, mau bisa performance nya naik, bisa ngangkat sejuta kilo, etc), but what if I said you can have total food freedom and YES you still can very possible to achieve any of that above? That's another new level, dont u think?!! On the next post, aku akan share gimana sih caranya kalau kamu mau mencoba untuk membangun kebiasaan makan yang baik, kembali memulai membangun hubungan dengan makanan, dan mengembalikan hunger cues kamu lagi. Stay tune ya!

 

And P.S Every coach has their own approach and it must be something they really believe in. And for me, even after 4 International fitness certifications already in my pockets, my approach will always have and always be to focus on building sustainable healthy habits FIRST!

 

P.S.S this post is not for athletes atau orang yang punya specific health issues ya! itu udah beda ranah namanya.



 

 

 

 

 

© 2021 Petite Diva Fitness. All Right Reserved